- Back to Home »
- Survival »
- Panduan Kesehatan dan Perlengkapan yang Harus Dibawa Ketika Melakukan Pendakian (SURVIVAL)
Posted by : Unknown
Selasa, 13 Mei 2014
Seringkali dalam
melakukan suatu aktifitas perjalanan baik didarat, laut maupun udara, kendala
yang sering kita hadapi adalah masalah kesehatan. Kesehatan merupakan faktor
yang sangat penting agar perjalanan yang dilakukan menyenangkan dan memberikan
pengalaman yang sangat memuaskan. Melihat arti pentingnya kesehatan dalam suatu
perjalanan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dalam
menyiapkan suatu perjalanan yakni :
Persiapan
fisik,
Kebugaran fisik tidak
dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tetapi harus melalui proses latihan
yang rutin dan berkesinambungan. Dalam kegiatan dialam terbuka seperti mendaki
gunung, menjelajah rimba dan penyusuran pantai, menuntut adanya kemampuan fisik
yang baik. Karena tanpa adanya kemampuan fisik yang baik, maka kegiatan
tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan aman. Tahapan dalam latihan fisik itu
sendiri harus dimulai dengan tekad yang kuat untuk mendapatkan stamina tubuh
yang baik. Karena tanpa tekad yang kuat, latihan fisik tidak akan terprogram
dengan baik. Selanjutnya latihan fisik dapat dimulai dengan latihan-latihan
ringan hingga latihan-latihan yang berat. Untuk menjaga tingkat kebugaran
tubuh, sebaiknya ukuran intensitas latihan adalah 70 – 85 % dari Denyut Nadi
Maksimal (DNM) dan sebaiknya dipertahankan dalam waktu 10 sampai dengan 30
menit. Denyut Nadi Maksimal (DNM) adalah jumlah denyut nadi yang dihitung
selama 6 detik setelah latihan selesai, kemudian jumlahnya dikalikan dengan 10,
untuk mendapatkan denyut nadi maksimal dalam 1 menit. Dengan semakin seringnya
seseorang melakukan latihan, maka denyut nadinya akan semakin menurun mendekati
denyut nadi sewaktu kita beristirahat. Adapun denyut nadi orang normal adalah
80 – 120 kali permenit.
Mental, selain kemampuan fisik yang baik,
mental juga sangat menentukan dalam tercapainya suatu perjalanan yang
memuaskan. Untuk itulah keseimbangan antara fisik dan mental menjadi suatu
keharusan. Mental yang kuat, rasa percaya diri dan kepekaan dapat diperoleh
melalui latihan-latihan fisik yang rutin dan berkesinambungan. Selain
latihan fisik, motivasi yang baik juga dapat meningkatkan mental seseorang.
Motivasi dapat diperoleh baik melalui diri sendiri maupun orang lain.
Daya
tahan tubuh,
Dalam perjalanan yangcukup berat, misalkan mendaki gunung, diperlukan suatu
daya tahan tubuh yang baik. Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni Kebutuhan Oksigen, Kebutuhan Cairan / Air,
Kebutuhan Garam / Elektrolit, Suhu lingkungan dan Makanan. Oksigen sangatlah
penting dalam penyediaan energi. Oleh karena itu kenapa dalam suatu kegiatan
pendakian kita perlu melakukan proses aklimatisasi guna menyesuaikan kemampuan
tubuh dengan kadar oksigen yang terdapat pada lingkungan yang akan kita jalani.
Sementara itu faktor kebutuhan cairan/air, juga merupakan hal yang penting
karena manusia tidak dapat hidup tanpa air. Sebagai gambaran akan kebutuhan air
dalam tubuh kita adalah :
۩
Suhu 100 C diperlukan air sebanyak 1 liter untuk 24 jam
۩
Suhu 200 C diperlukan air sebanyak 4 liter untuk 24 jam
۩
Suhu 300 C diperlukan air sebanyak 5 liter untuk 24 jam
۩
Suhu 400 C diperlukan air sebanyak 6 liter untuk 24 jam
Jadi
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya suhu, maka kebutuhan
air untuk metabolisme tubuhpun semakin meningkat. Selain faktor oksigen dan
air, salah satu elektrolit yang juga penting dalam tubuh kita adalah NaCl atau
garam dapur. Kebutuhan garam bagi setiap orang untuk daerah tropis adalah 15 –
25 gram per 24 jam, sedangkan untuk daerah sub tropis adalah 10 gram per
24 jamnya. Untuk suatu perjalanan yang cukup menguras stamina, sebaiknya kita
menyiapkan tablet garam, karena kalau garam dimasukan kedalam air minum ataupun
makanan akan menimbulkan rasa haus. Setelah ketiga faktor tersebut di atas,
faktor lainnya yang tak kalah pentingnya adalah suhu lingkungan dan
makanan. Suhu lingkungan sangat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang,
karena itu perlu suatu persiapan yang matang dalam mengahadapi suatu daerah
dengan suhu tertentu. Untuk daerah dengan suhu yang dingin tentunya berbeda
dalam persiapannya dengan daerah yang bersuhu panas. Oleh karena itu dalam
merencanakan perjalanan kita juga perlu mengetahui faktor suhu pada daerah yang
menjadi tujuan kita tersebut. Faktor terakhir yang juga perlu diperhatikan
adalah makanan. Dalam keadaan biasa tanpa aktifitas yang berat, kita memerlukan
200 sampai dengan 2500 kalori per hari tapi dalam suatu aktifitas yang berat
kebutuhan kaloripun meningkat menjadi 2500 sampai dengan 3500 kalori. Untuk
itulah kita harus dapat memilih makanan yang baik dengan nilai kalori yang
tinggi dan gizi yang baik.
Pada
akhirnya, kesehatan perjalanan haruslah dikuasai oleh pihak-pihak yang
berkeinginan mendapatkan perjalanan yang menyenangkan dan memberikan pengalaman
yang menarik dari perjalanan yang dilaksanakannya. Faktor fisik, mental
dan daya tahan tubuh merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh
karena itu, dengan latihan yang rutin dan terjadwal dengan baik akan
menghasilkan fisik, mental dan daya tahan tubuh yang sempurna. (referensi
tulisan diambil dari Buku Teknik Dasar Hidup Dialam Bebas terbitan Wanarir dan
berbagai sumber lainnya)
1.
Tali Pendakian
Fungsi
utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Dianjurkan
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan
yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam
pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer
masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm,
tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada
dua macam tali pendakian yaitu :
Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya
mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya
berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
Dynamic
Rope, tali pendakian yang
kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya
lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2.
Carabiner
Adalah
sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang
berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
Carabiner
Screw Gate
(menggunakan kunci pengaman).
Carabiner
Non Screw Gate
(tanpa kunci pengaman)
3.
Sling
Sling
biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling
antara lain :
- Sebagai penghubung
- Membuat natural
point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang
point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4.
Descender
Sebuah alat berbentuk
angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat
membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
5.
Ascender
Berbentuk semacam
catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan.
Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6.
Harness / Tali Tubuh
Alat
pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
Seat
Harnes, menahan berat badan
di pinggang dan paha.
Body
Harnes, menahan berat badan
di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang
dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh
pabrik.
7.
Sepatu
Ada
dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
Sepatu
yang lentur dan fleksibel.
Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk
pijakan-pijakan di celah-cleah.
Sepatu yang tidak
lentur/kaku pada bagian bawahnya.
Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau
tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8.
Anchor (Jangkar)
Alat
yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor,
sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor,
yaitu :
Natural
Anchor, biasanya merupakan
pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
Artificial
Anchor, anchor buatan yang
ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock,
piton, bolt, dan lain-lain.